Kimia
Organik Fisik
Pada dasarnya pembahasan tentang kimia organic itu
sendiri sangatla luas. Bukan hanya sekedar menhitung panjang ikatan atau energy
ikatan saja, melainkan juga membahas seluruh kegiatan yang berhubungan dengan
suatu senyawa organic atau unsure organic tertentu. Kali ini akan dibahas
mengenai konsep dasar dalam struktur molekul senyawa organic.
Konsep-konsep
yang diperlukan dalam mempelajari struktur molekul senyawa organic
Molekul
senyawa organic memiliki bentuk struktur yang berbeda-beda. Untuk itu
diperlukan konsep-konsep untuk mempelajari struktur molekul organic ini.
1. Elektronegativitas
Elektronegativitas atau keelektronegatifan
(χ) adalah sebuah sifat kimia yang menjelaskan kemampuan sebuah atom (atau lebih jarangnya
sebuah gugus fungsi)
untuk menarik elektron (atau rapatan elektron) menuju dirinya sendiri pada
ikatan kovalen. Konsep elektronegativitas pertama kali diperkenalkan oleh Linus Pauling
pada tahun 1932 sebagai bagian dari perkembangan teori ikatan valensi. Elektronegativitas
tidak bisa dihitung secara langsung, melainkan harus dikalkulasi dari
sifat-sifat atom dan molekul lainnya. Beberapa metode kalkulasi telah diajukan.
Walaupun pada setiap metode terdapat perbedaan yang kecil dalam nilai numeris
elektronegativitasnya, semua metode memiliki tren periode
yang sama di antara unsur-unsur. Elektronegativitas merupakan salah
satu sifat periodisitas unsur, selain afinitas
elektron, jari-jari atom, dan energi
ionisasi.
Elektronegativitas
didefinisikan sebagai tenaga laten dari suatu atom dalam suatu molekul untuk
menarik elektron. Konsep ini tergantung pada teori struktur kimia organik
modern untuk menginterpretasi beberapa sifat seperti: kekuatan keasaman dan
kebasaan, panjang ikatan kimia, karakter ionik, volatilitas, kelarutan,
potensial redoks, kekuatan ikatan hidrogen, dan lain-lain.
Elektronegativitas bukanlah bagian
dari sifat atom, melainkan
hanya merupakan sifat atom pada molekul.
Sifat pada atom tunggal yang setara dengan elektronegativitas adalah afinitas
elektron. Elektronegativitas pada sebuah unsur akan bervariasi
tergantung pada lingkungan kimiawi, namun biasanya dianggap sebagai sifat yang terpindahkan,
yaitu sebuah nilai elektronegativitas dianggap akan berlaku pada berbagai
situasi yang bervariasi (Wikipedia, 2016).
Tabel 1. Elektronegativitas
beberapa unsur
Kemampuan
suatu atom menyebabkan polarisasi ikatan, yang dapat disebut dengan istilah
efek induksi. Unsure-unsur elektropositif seperti litium dan magnesium
menginduksi pemberian electron, sedangkan unsure elektronegatif seperti oksigen
dan klorin menginduksi penarikan electron (Prasojo, 2016).
2.
Ikatan Hidrogen
Dalam kimia, ikatan hidrogen adalah sejenis gaya
tarik antarmolekul
atau antar dipol-dipol yang terjadi antara dua muatan listrik parsial dengan
polaritas yang berlawanan. Walaupun lebih kuat dari kebanyakan gaya
antarmolekul, ikatan hidrogen jauh lebih lemah dari ikatan
kovalen dan ikatan ion. Kekuatan ikatan hidrogen ini
dipengaruhi oleh perbedaan elektronegativitas antara atom-atom dalam molekul
tersebut. Semakin besar perbedaannya, semakin besar ikatan hidrogen yang
terbentuk (Wikipedia, 2016).
Ikatan hydrogen (hydrogen bond)
adalah jenis khusus interaksi dipole-dipol antara atom hydrogen dalam ikatan
polar, seperti N-H, O-H, atau F-H, dengan atom elektronegatif O, N, atau F. Interaksi
ini ditulis
A-H---B atau A-H---A
A dan B mewakili O, N, atau F; A-H
adalah satu molekul atau bagian dari molekul dan B adalah bagian dari molekul
lain; dan garis putus-putus mewakili ikatan hydrogen (Chang, 2004).
3.
Gaya Van Der Waals
Pada
awal abad ke-20, ahli fisika Belanda, Johannes van der Waals meneliti interaksi
antarmolekul senyawa dan senyawa polar yang tidak memiliki ikatan hydrogen. Menurut
van der Waals, interaksi antarmolekul tersebut menghasilkan suatu gaya antar
molekul yang lemah. Gaya ini dikenal sebagai ikatan van der Waals.
Ikatan
van der Waals dapat terjadi dalam tiga bentuk yaitu :
a.
Gaya antar molekul yang memilki dipole
b.
Ikatan antara molekul yang memiliki dipole
dan molekul yang tidak memiliki dipole
c.
Gaya antarmolekul yang tidak memilki dipole
(gaya disperse London) (Sutresna, 2007).
Gaya van der Waals memilki
interaksi lemah antara molekul yang melibatkan dipole. Molekul polar memiliki
interaksi dipole-dipol permanen. Molekul non-polar dapat berinteraksi dengan
cara gaya disperse London (ilmu alam, 2016).
Gaya van der Waals ini juga memilki
ikatan yang kuat bila antar molekul berjauhan namun, justru memilki ikatan yang
lemah bila berdekatan.
4.
Polarizabilitas
Kekuatan
gaya tarik London sebanding dengan polarisabilitas molekul. Polarisabilitas
menunjukkan kemudahan terganggunya distribusi elektron dalam molekul. Pada umumnya,
makin besar massa molar (M ) molekul yang berarti jumlah elektron makin banyak,
polarisabilitas makin tinggi (distribusi elektron semakin mudah terganggu) sehingga
gaya London makin kuat (Artikeltop, 2016).
Pergerakan
elektron yang mengakibatkan dipol sesaat dalam suatu molekul akan bertambah
besar apabila molekul tersebut memiliki jumlah elektron yang semakin besar
pula. Jumlah elektron yang besar berkaitan dengan massa molekul relatif (Mr)
molekul tersebut, sehingga semakin besar Mr suatu molekul, maka semakin besar polarisabilitasnya
dan semakin besar pula Gaya Londonnya. Molekul dengan struktur panjang
mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mengalami dipol sesaat atau
polarisabilitas. Hal ini dikarenakan molekul dengan struktur panjang mempunyai
bidang yang lebih luas bila dibandingkan dengan molekul yang memiliki struktur
lebih rapat dan kecil (Wikipedia, 2016).
Polarisabilitas
ini sangat erat kaitannya dengan gaya London. Sehingga seringkali porasabilitas
ini masuk dalam pembahasan gaya London dalam gaya van der Waals.
5.
Gugus fungsi
Gugus
fungsi mengacu pada atom tertentu yang terikat dalam susunan tertentu yang
memberikan sifat fisik dan kimia tertentu senyawa. Gugus fungsi adalah
Sekelompok atom yang bertanggung jawab untuk reaksi karakteristik senyawa. Dalam
kimia organik, gugus fungsi adalah kelompok tertentu atom atau ikatan dalam
senyawa yang bertanggung jawab untuk karakteristik reaksi kimia senyawa itu.
Gugus fungsi yang sama akan berperilaku dengan cara yang sama (misalnya,
mengalami reaksi yang sama) terlepas dari senyawa yang menjadi bagiannya. Gugus
fungsi juga memainkan peranan penting dalam nomenklatur senyawa organik;
menggabungkan nama-nama kelompok fungsional dengan nama-nama alkana induk
menyediakan cara untuk membedakan senyawa (Ilmu alam, 2016).
Untuk
itu, gugus fungsi ini sangat menentukan sifat dari suatu molekul dan yang
menyebabkan berbagai sifat fisika molekul yang berbeda-beda.
6.
Efek Induksi
Efek
induktif adalah tarikan kerapatan elektron melalui s obligasi yang disebabkan oleh perbedaan elektronegatifitas atom.
Ketika kerapatan elektron ditarik jauh dari muatan
negatif melalui s obligasi oleh atom yang sangat elektronegatif, ini
disebut sebagai penarik elektron efek induktif.
Semakin keelektronegatifan atom dan semakin dekat situs
muatan negatif, maka semakin besar efeknya.
Keasaman H-A meningkat dengan kehadiran gugus penarik
elektron di A. Selain itu, Posisi gugus
menentukan besarnya efek induksi yang diberikan.
Polarisasi
satu ikatan yang disebabkan oleh polarisasi ikatan tetangga disebut efek
induksi. Efek ini tidak hanya dirasakan oleh ikatan tetangga, namun dapat pula
berpengaruh sampai ikatan yang lebih jauh. Efek ini berkurang dengan
bertambahnya jarak.
7. Resonansi
Dalam
metode ikatan valensi, untuk melukiskan struktur yang sebenarnya dari molekul
semacam ini, beberapa struktur Lewis (bentuk kanonik) dituliskan, kemudian diambil
bobot rata-rata mereka. Bobot rata-rata dari dua bentuk atau lebih disebut resonansi.
Gambar ini merupakan contoh senyawa yang mengalami
resonansi
Perbedaan
energi antara molekul yang sebenarnya dengan energi struktur Lewis yang
terendah energinya disebut energi resonansi.
8. Hiperkonjugasi
Jenis
delokalisasi ketiga adalah yang melibatkan elektron σ, dan disebut
hiperkonjugasi. Jika suatu karbon yang mengikat atom hidrogen dan terikat pada
atom tak jenuh atau pada satu atom yang mempunyai orbital bukan ikatan maka untuknya
dapat dituliskan bentuk kanonik seperti berikut.
Ada
fakta yang menunjukkan bahwa hiperkonjugasi adalah penting bagi karbokation,
radikal bebas, dan molekul keadaan tereksitasi. Hiperkonjugasi molekul netral
dalam keadaan dasar (Muller dan Mullikan menyebut hiperkonjugasi pengorbanan),
bentuk kanonik tidak hanya melibatkan resonansi tanpa ikatan tapi juga pemisahan
muatan yang tidak dimiliki oleh bentuk utama. Di dalam radikal dan karbokation,
bentuk kanonik tidak lagi memperlihatkan adanya pemisahan muatan. Muller dan
Mullikan menyebut hiperkonjugasi isovalen. Bahkan di sini bentuk utama lebih
berkontribusi ke hibrida resonansi daripada bentuk yang lain.
9. Tautomeri
Bagi
kebanyakan senyawa, semua molekul memiliki struktur yang sama, apakah struktur
tersebut dapat memuaskan atau tidak dinyatakan dengan struktur Lewis. Tetapi
ada juga senyawa lain yang ada dalam satu campuran dari dua atau lebih senyawa
yang secara struktural berbeda, dan campuran berada dalam kesetimbangan yang
cepat, fenomena ini disebut dengan taoutomeri. Jika fenomena ini (disebut
tautomeri) ada maka ada pergeseran bolak-balik yang cepat antara
molekul-molekul yang kesetimbangan tersebut. Di dalam peristiwa ini ada proton
yang berpindah dari satu atom dalam satu molekul ke atom yang lain menjadi
molekul lain.
10.
Regangan
Ruang
Regangan
ruang ini sangat erat kaitannya dengan stereokimia. Dimana stereokimia itu
sendiri adalah studi mengenai molekul-molekul dalam ruang tiga dimensi, artinya
bagaimana atom-atom dalam sebuah molekul diatur dalam ruang satu terhadap ruang
yang lainnya. Stereokimia ini
berkaitan dengan penataan atom-atom dalam
sebuah molekul dalam ruang tiga dimensi. Sterokimia ini merupakan sebuah
struktur yang memiliki rumus molekul sama hanya karena susunannya berbeda akan
mengakibatkan fungsi yang berbeda pula. Pada sterokimia struktur molekul nya
berada pada posisi yang sama hanya saja arah dari struktur molekulnya berbeda.
Sterokmia berbeda dengan isomer structur, dimana isomer struktur memiliki rumus
molekul yang sama namun struktur molekulnya berbeda dengan urutan penempatan
atom-atom yang berbeda.
Daftar
Pustaka
Chang, R. 2004. Kimia Dasar
Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Firdaus.
2009. Laporan PMR-PS FMIPA UNHAS : Kimia Organik Fisis I. Makassar : DIPA
UNHAS.
Prasojo,
S. L. 2016. Kimia Organik Jilid 1 : Buku Pegangan Kuliah untuk Mahasiswa
Farmasi.
Sutresna, N. 2007. Cerdas
Belajar Kimia. Bandung : Media Pratama.
Bagaimana ya efek induksi itu sendiri saya masih kurang memahaminya? mohon jawabannya ya
BalasHapusefek induksi ini merupakan suatu penarikan elektron (-I) atau suatu pendorong elektron (+I)pada sutu molekul sehingga nantinya akan berpengaruh terhadap sifat dari molekul atau unsur organik tersebut. sifat ini dapat berupa tingkat keasamannya.
BalasHapusmohon dijelaskan lagi mengenai gaya van der waals terhadap sturktur molekul senyawa organik ? terima kasih ya
BalasHapusbaik saudari vegi, gaya van der Waals secara umum akan mempengaruhi kekuatan ikatan pada suatu molekul atau unsur tertentu. hal ini tergantung pada orbital molekulnya. bila jarak antarmolekul jauh maka justru terjadi ikatan yang kuat pada molekul-molekul tersebut. sedangkan bila jarak antarmolekul dekat justru kekuatan ikatannya menjadi lemah.
BalasHapusmaterinya sangat bermanfaat..apakah ada yang mempengaruhi regangan ruang dan konformasi molekul?
BalasHapusbaik terima kasih, pertanyaan yang sangat bagus. ada beberapa hal yang mempengaruhi regangan ruang dan konformasi molekul seperti suhu dan reaksi antara dua atau lebih molekul-molekul. terima kasih
BalasHapusmakasih kakak untuk penjelasan mengenai kimia organik fisiknya,, sangat membantu sekali..
BalasHapusmau nanya dong,, kalu gugus fungsi OH bergeser ke arah panjang gekombang yang lebih kecil ( hasil ftir) apa pengaruhnya terhadap sifat fisikanya..? seperti kekuatan mor nya..? apakah kekuatan mor nya semakin kecil atau justru semakin besar..? pergeseran gugus fungsi ini menandakan apa..?
BalasHapus